Posted by : Iradi Inside February 14, 2013


Jika biasanya kita melihat penolakan kekerasan dilakukan dengan demo atau longmarch, pemandangan lain disuguhkan oleh One Billion Rising (OBR). Mereka melakukan aksi flash mob (tari massal). Tarian OBR dilakukan serentak di 201 negara , termasuk di 11 kota di Indonesia. Bagaimana caranya kekerasan dilawan dengan tarian?
Kekerasan yang menimpa kaum wanita sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Maraknya kasus pelecehan dan kekerasan pada perempuan membuat sejumlah pihak resah dan tidak bisa tinggal diam. Jutaan masyarakat yang peduli dan tergabung dalam komunitas OBR di seluruh dunia bersatu dan flash mob (tari massal) untuk melawan kekerasan terhadap perempuan.
"Kami menari, bangkit dan menuntut penghentian kekerasan terhadap perempuan khususnya pemerkosaan," kata Indrie Larasati, ketua OBR Malang.
Gerakan ini merupakan bentuk penolakan atas kekerasan terhadap perempuan dan anak yang selama ini hanya dianggap sebagai takdir. Menari bersama merupakan bukti bahwa tiap individu memiliki otoritas atas dirinya dan dapat bekerja sama untuk melawan kekerasan.
"Menari adalah sebuah langkah awal. Jangan dilihat dari tarinya saja, hal ini adalah sebuah bukti jika masyarakat peduli dengan maraknya kekerasan yang terjadi," tambah mahasiswi Universitas Negeri Malang itu.
Tarian yang disebut breaking the chains itu sendiri menggambarkan kecenderungan anak yang abuse. Yakni orang yang akhirnya melakukan kekerasan, dan itu terus menerus seperti lingkaran setan oleh karena itu harus dipatahkan.
"Jawa Timur sudah masuk peringkat dua setelah Jawa Tengah, kekerasan perempuan terbanyak adalah KDRT dan Pemerkosaan," ujar Indrie. Dia berharap pemerintah lebih peduli dan bisa menjamin keamanan terutama di angkutan umum. "Perempuan jadi lebih was-was dan merasa tidak aman dengan banyaknya kasus pemerkosaan. Mereka adalah korban," tandas wanita 23 tahun itu.
Menurut dia banyak perempuan yang disalahkan atas kejadian pemerkosaan. Padahal perempuan tidak salah. "Misalnya saja memakai rok mini menjadi alasan pemerkosaan, padahal itu merupakan hak kita untuk mengenakan pakaian," terang dia.
Tari breaking the chains diakhiri dengan mengacungkan telunjuk ke atas lalu ke depan, yang berarti menunjuk masyarakat untuk ikut peduli terhadap nasib perempuan. Komunitas ini ingin menggalang sebanyak-banyaknya dukungan dan menyebarluaskan virus kepedulian agar perkosaan segera berhenti.
Sementara itu, OBR merupakan gerakan global untuk memperingati tahun ke-15 Vagina day yang jatuh pada 14 Februari bertepatan dengan hari Valentine. "Jika banyak masyarakat yang merayakan Valentine, kami juga mengajak masyarakat untuk menari dan bersolidaritas bagi korban kekerasan seksual.

Source : http://www.merdeka.com

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Ranzhie - Powered by Blogger - Designed by Haikal Qilbari and Umar - Original by Johanes Djogan-